Senin, 04 Oktober 2010

hubungan antara kecenderungan berpikir positif dengan kemampuan pemecahan masalah


BAB I
PENGANTAR
A.     Latar belakang Masalah
Manusia sepanjang rentang kehidupannya sebagai individu yang kompleks dengan dinamika yang tidak terpisahkan antara interaksi fisik, psikis dan lingkungan. Kodrat manusia selama hidupnya yang secara psikologis memiliki berbagai permasalahan yang menuntut penyelesaian agar tidak menjadi beban pada diri individu. Chauhan (1979) menyatakan bahwa masalah dapat timbul saat muncul hambatan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan. Hambatan tersebut dapat berupa masalah-masalah yang berhubungan dengan fisik, ekonomi,sosial maupun psikologis.
Stevent (2002) mengemukakan bahwa kata “masalah” mengacu pada ketidakpastian atau kesulitan (rintangan) yang ditemui ketika menuju situasi yang lebih disukai (tujuan). Mahasiswa mengalami berbagai masalah antara lain yaitu masalah keuangan, masalah kuliah, masalah organisasi, masalah kesehatan, masalah komunikasi, masalah keluarga dan masalah pertemanan. Permasalahan yang kompleks menuntut mahasiswa di asrama untuk cermat dan terampil dalam menyelesaikannya, tetapi tidak sedikit mahasiswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang rendah sehingga tidak mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa seringkali dirasakan sulit untuk diatasi dengan baik. Ada dua alasan adanya kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak sebagian besar masalah yang ada diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga mahasiswa sebagai individu dewasa kurang mempunyai pengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, pola pikir mahasiswa yang ingin dipandang sebagai individu yang mandiri sehingga cenderung ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak pendapat ataupun bantuan dari orang lain. Penyebabnya adalah ketidakmampuan individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi menurut cara yang diyakininya, banak mahasiswa berpendapat bahwa penyelesaian suatu masalah itu tidak harus selesai sesuai dengan yang diharapkan (Hurlock, 1999). Burns (1988) mengemukakan bahwa pada umumnya masalah yang dihadapi individu sering dirasakan lebih berat dari yang sesungguhnya terjadi. Hal ini disebabkan oleh cara individu memandang masalahnya. Individu cenderung berfikir dengan cara yang menyimpang dan memutarbalikkan fakta yang ada.
Semakin banyak mahasiswa yang mengalami masalah dan tidak dapat untuk memecahkan atau menyelelesaikannya maka akan sulit bagi mahasiswa untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan untuk menghadapi masa dewasa yang baik. Selain itu akan sulit pula bagi mahasiswa menjadi sumber daya manusia yang potensial. Gordon dkk  (2007) menyatakan bahwa dalam mengatasi masalah yang begitu kompleks ada individu yang dapat mengatasi masalahnya dengan baik namun tidak jarang ada sebagian individu yang kesulitan dalam melewati dan mengatasi berbagai permasalahan. Individu yang gagal mengatasi masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi akademik menurun, hubungan dengan teman menjadi kurang harmonis serta berbagai masalah dan konflik yang terjadi. Permasalahan tersebut menuntut suatu pemecahan agar tidak mengganggu perkembangan selanjutnya. Sebagai contoh, mahasiswa yang mempunyai masalah dalam bidang akademik tampak menarik diri dari kegiatan civitas akademika salah satunya dengan jarang datang ke kampus, sering membolos prokastinasi akademik, sering merasa rendah diri dan sensitif saat berada di lingkungan.
Kemampuan pemecahan masalah yang baik adalah mampu mengenal karakteristik masalah yang sedang dihadapi dan menentukan inti masalah tersebut. Anderson dkk. (1994) mengemukakan bahwa individu yang kurang mamp;u dalam memecahkan masalah pada umumnya disebabkan oleh kesulitan atau ketidakmampuan untuk menemukan inti masalah. Sebaliknya, individu dengan kemampuan yang baik dalam memecahkan masalah cenderung lebih mudah menemukan inti masalah, peka terhadap permasalahan yang dihadapi dan aktif dalam memecahkan masalahnya.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pada saat menghadapi masalah beberapa mahasiswa di asrama Kabupaten Paser tampak bersikap masa bodoh. Saran yang diberikan oleh mahasiswa lain dianggap sebagai angin lalu. Mereka sering terlihat uring-uringan, tidak percaya diri dan seringkali melakukan kegiatan-kegiatan lain untuk mengalihkan perhatiannya dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Faktor dan proses kognitif individu menjadi lebih berperan terhadap terjadinya pemecahan masalah. Newman & Newman (Susetyo, 1998) menyatakan perkembangan kognitif individu memungkinkan individu untuk berfikir logis, membuat abstraksi, berfikir tentang masa depan, melihat hubungan sebab akibat, memperkirakan masa depan atau cara mengatasinya. Pengalaman dalam memecahkan masalah sangat berguna dalam menghadapi masalah yang hampir sama.maka sangat penting untuk menyimpan pengalaman tersebut ke dalam memori dengan memberi kesan positif terhadap suatu peristiwa atau permasalahan. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Crider dkk. (1983) yang menemukan bahwa memusatkan perhatian pada sisi positif dari suatu keadaan yang sedang dihadapi akan membuat seseorang menjadi lebih mampu mempertahankan emosi positifnya dan mencegah emosi negatif serta membantu dalam menghadapi situasi yang mengancam dan menimbulkan stres.
Sikap seseorang menerima atau mengintepretasikan pengalaman atau peristiwa-peristiwa kehidupannya secara positif atau negatif akan berpengaruh besar secara psikologis terhadap kemampuan pemecahan masalah. Dengan memandang bahwa setiap permasalahan mempunyai unsur pengalaman yang bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan psikologisa maka individu akan cepat dan mempunyai kemampuan dalam memecahkan berbagai masalah.
Individu akan melakukan proses berfikir bila menemui kesulitan dengan harapan dapat dicari jalan keluar dari masalah tersebut. Mengembangkan proses berpikirnya mulai dari pikiran negatif hingga pikiran positif guna mencari jalan keluar. Pemikiran negatif akan menguras energi dan kemauan. Apabila individu memiliki pola berfikir negatif maka individu akan memikirkan banyak pikiran yang negatif dan secara tidak langsung akan berpengaruh pula terhadap proses pemecahan masalah dan pola emosinya. Peale (1997) mengemukakan bahwa berpikir positif merupakan suatu bentuk pola pikir yang berusaha mencari hasil terbaik dari keadaan yang terburuk. Lebih lanjut dijelaskan bahwa berpikir positif merupakan berpikir sehat yang menyeluruh sifatnya karena mengandung gerak mau yang penuh daya cipta terhadap unsur-unsur yang nyata dalam kehidupan individu.
Peran berpikir positif sangan penting dalam menghadapi permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan. Individu dapat menjadi seseorang yang optimis atau malah menjadi pesimis saat menhadapi suatu masalah. Kingore dkk ( 2003) menyatakan bahwa berpikir positif dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Berpikir positif memandang permasalahan akan membantu individu dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya serta fleksibel dan adaptif mengatasi masalah tersebut secara objektif. Contohnya, mahasiswa yang berfikir positif dalam menyelesaikan masalah akan aktif mencari alternatif solusi dengan menerima saran dari orang lain atau mengumpulkan informasi dari lingkungan.
 Seseorang yang menggunakan pola berpikir positif dalam menghadapi permasalahan akan mempunyai ciri-ciri optimis daam menghadapi permasalahan, mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap dirinyadan mempercayai bahwa dunia merupakan tempat yang rasional dan terprediksi (Stevans, 2002). Tinggi atau rendahnya kemampuan berpikir positif akan membawa konsekuensi berbeda pada kemampuan pemecahan masalah. Individu yang mampu untuk berpikir positif akan menghindarkan sikap-sikap yang menghambat tercapainya pemecahan masalah yang sedang dihadapiserta mampu melihat persoalan dari berbagai perspekstif dan lebih mudah menemukan inti masalahnya. Dengan demikian individu akan mampu menciptakan lebih banyak alternatif untuk memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada April 2010 terhadap 6 mahasiswa yang tinggal di asrama putra dan 4 di asrama putri  kabupaten Paser diketahui bahwa mahasiswa kurang memiliki kemampuan pemecahan masalah. Permasalahan yang seringkali muncul pada mahasiswa yang tinggal di asrama Kabupaten Paser mulai dari permasalahan pribadi sampai pada konflik interpersonal maupun konflik kelompok yang berujung pada sikap saling benci, dendam dan perkelahian. Mahasiswa dalam mengatasi permasalahan yang ada di Asrama Kabupaten Paser cenderung bersikap pasif dan reaktif sehingga permasalahan yang ada menjadi berlarut-larut atau berkepanjangan. Hambatan yang nampak pada usaha penyelesaian masalah adalah kondisi internal individu antara lain yaitutingkat egoisme sehingga selalu ingin menang sendiri khususnya saat berada dalam konflik komunitas. Selain itu, ketika dihadapkan pada masalah yang sifatnya individual, mahasiswa  di Asrama Kabupaten Paser nampak enggan untuk mencari solusi atau alternatif pemecahan masalahnya. Mereka mempunyai pemikiran bahwa masalah yang ada akan berlalu seiring berjalannya waktu sehingga tidak perlu bersusah payah memikirkan penyelesaiannya. Mahasiswa Asrama Kabupaten Paser cenderung menganggap bahwa permasalahan yang ada adalah nasib atau takdir yang memang sudah seharusnya terjadi dan diterimanya. Masalah yang ada dipandang sebagai ketidakberuntungan yang menjadikan individu merasa tidak berharga dibandingkan dengan individu yang lain. Beberapa dari mereka memiliki rasa takut gagal dalam penyelesaian masalahnya sehingga memilih untuk berdiam diri.
Berdasarkan fenomena kemampuan pemecahan masalah yang dialami oleh mahasiswa di asrama Kabupaten Paser maka peneliti ingin mengetahui “Apakah ada hubungan antara kecenderungan berpikir positif dengan kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa di asrama kabupaten Paser”, selanjutnya penelitian ini diberi judul “Hubungan antara Kecenderungan Berpikir Positif dengan Kecenderungan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Mahasiswa di Asrama Kabupaten Paser”.

B.    Keaslian Penelitian
Penelitian tentang mahasiswa telah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian tentang kecenderungan berpikir positif dan kemampuan pemecahan masalah belum pernah dilakukan. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis ini berbeda dengan penelitian lain karena berfokus pada berpikir positif dan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian serupa mengenai kemampuan pemecahan masalah dilakukan oleh Rohaeni (2000) dengan judul “ Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Mahasiswa Psikologi Universitas Ahmad Dahlan”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada subjek dan variabel penelitian. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian Rohaeni adalah mahasiswa psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta sedangkan dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa yang tinggal di asrama Kabupaten Paser. Variabel bebas pada penelitian sebelumnya adalah kepercayaan diri sementara dalam penelitian ini variabel bebas yang akan dikaji adalah berpikir positif.
Penelitian dengan judul “ Hubungan antara Kesabaran dengan Kemampuan Pemecahan Masalah” dilakukan oleh Dicki (2005). Hasil penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kesabaran dengan kemampuan pemecahan masalah. Semakin tinggi kesabaran maka semakin tinggi kemampuan pemecahan masalah demikian pula sebaliknya. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di Bank Indonesia Bengkulu. Variabel bebas yang digunakan adalah kesabaran sedangkan dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah berpikir positif. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Dicki dengan penelitian ini selai pada variabel yang digunakan adalah pada subjek penelitian. Penelitian terdahulu subjek yang digunakan adalah karyawan yang bekerja di Banki Indonesia Bengkulu sedangkan pada penelitian ini subjek yang akan digunakan adalah mahasiswa yang tinggal di asrama Kabupaten Paser. Perbedaan lain terletak pada tahun pelaksanaannya. Penelitian terdahulu dilaksanakan pada tahun 2005 sedangkan penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2010.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah asli berasal dari pemikiran penulis. Meski terdapat kesamaan pada aspek yang hendak diungkap akan tetapi masih banyak perbedaan seperti dalam hal variabel bebas, teori maupun subjek penelitian.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan berpikir positif dengan kemampuan pemecahan masalah pada mahasiswa di asrama Kabupaten Paser.

D.    Manfaat Penelitian
1.     Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah sebagai wacana pemikiran dan informasi serta menambah wawasan dan sumbangan terhadap pengembangan ilmu psikologi khususnya kajian yang berhubungan dengan kecenderungan berpikir positif dan kemampuan pemecahan masalah.
2.     Manfaat Praktis
a.     Mahasiswa di Asrama Kabupaten Paser
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan agar mahasiswa mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang baik.
b.     Asrama Kabupaten Paser
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk melatih dan memberikan pemahaman untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada seluruh mahasiswa di asrama Kabupaten Paser khususnya dan Asrama – asrama mahasiswa yang lain.
.

1 komentar:

  1. aku mau file skripsi ini donk!!
    dari bab brp mpe bab brp aja!!!
    call me 07118608601 aja,,,

    BalasHapus